Monday, July 03, 2017

Go to Saitama: Railway Museum and Hikawa Shrine


Di salah satu stasiun di Saitama
Hari ini kita keluar Tokyo! To keep his sanity, Wira pengen jalan-jalan weekend ini karena stress tiap hari ketemu Sensei dan progress research-nya yang gila itu. Kita mau pergi ke tempat yang jauh sekalian. Akhirnya terpilih lah Railway Museum. Railway ini ada di sebelah utara-timur Saitama, jauh banget dari Tokyo, sekitar sejam kalo naik kereta.

Untuk memberi bayangan lebih jelas, perhatikan peta berikut.



Kita pergi ke area merah atas itu. Aku tinggal di dekat Shinjuku/Shibuya,
di titik lingkaran biru itu. Basically udah bukan Tokyo lagi.
Wira sama aku ketemu di Tamachi station tepat setelah meetup bareng Masuda-san. Wira kukenalin dulu ke temen-temen AIESEC & Masuda-san, dan vice versa. Kita berangkat dari Tamachi naik Keihin-Tohoku Line.

Singkat cerita tiba-tiba kita sampai di Omiya station. Dari Omiya, kita jalan sekitar 1 km ke tempat museumnya berada.

Kita pergi ke museum Railway station, isinya seluruh sejarah kereta di Jepang termasuk Shinkansen. Banyak hal di museum ini yang bisa kita nikmati. Mulai dari miniatur kereta-keretaan dan mainan edukatif anak-anak yang biasa dibuat mainan dedek-dedek bareng mamah mudanya, ada juga lokomotif dan gerbong kereta lokal dan Shinkansen yang bisa kita masuki dan bisa diduduki (skala sebenarnya), ada juga simulator buat masinin JR Line dan Shinkansen, ada kereta kecil semacam kereta kelinci yang bisa dedek-dedek naikin. Banyak juga miniatur yang menambah pengetahuan.

Kereta pertama di Jepang adalah pada tahun 1825. Kira-kira Indonesia ngapain ya tahun segitu?

Karena pictures said more than words, mari kita lihat foto-fotonya.

Rel kereta betulan di sebelah museum 
Suasana museum dari view lantai 2



Kementrian Perhubungan RI versi Jepang

Karcis kereta zaman dulu, kertas karcisnya masih jelek ya.
Sekarang mah pake Pasmo/Suica semua

I dunno. Tapi kenapa ada pakaian samurai di museum kereta?

Orang kere sok-sok naik Shinkansen mahal

Lokomotif Shinkansen yang pertama. Dari keterangannya,
 dikembangkan sejak 1914. Dirilis 1964.
Jepang berapa tahun tuh riset Shinkansen?

Go!

Dashboard analog lokomotif Shinkansen versi jadul pertama kali

Masinis gadungan

Di dalem gerbong klasik, kereta kelas ekonomi ke bawah

Gerbong sultan, kaisar, dan para elite lain

Tim Olimpiade Komputer Indonesia

Main simulator JR Line. Bisa digas/direm beneran lho.
Dan kalo ngegas, kursi kita gerak beneran seakan di kereta asli.

A train simulator is played by a kid

Miniatur of train

Lokomotif uap di Jepang

Kereta pertama sudah ada sejak 1825. Use case awal adalah buat transpor barang

Diriset sejak 1914. Rilis 1964.
Sekarang Shinkansen publicly used beneran jadi moda transportasi. Indo kapan?

Jadwal keberangkatan Shinkansen zaman dulu. 30 menit sekali.
Sekarang bahkan 40 menit sekali. Lebih buruk.

Wira mencoba memahami kegunaan dashboard Shinkansen yang masih analog

Kereta barang

Gerbong kereta. Mirip kereta eksekutif di Indo?

Untuk kereta jarak jauh. Mereka sedia tempat tidur di gerbong

Simulator JR Line

Setelah puas keliling di railway museum, jam 4.30 kita cabut dan pergi ke Omiya Park. Reviewnya di Google Maps sih bagus, jadi kita mau pergi ke sana aja mumpung deket dengan museum kereta. Kita jalan sekitar setengah jam ke park tersebut.

Ternyata park yang dimaksud adalah daerah luas yang pohonnya masih banyak dan lebat. Beda jauh dengan neighborhood di sekitarnya berupa rumah padat tanpa pepohonan. Beberapa orang lari sore, basically parknya sepi sih, jadi enak dan sejuk buat duduk-duduk atau baca buku. Beberapa pasangan pacaran di taman.

Kemudian kita nemu shrine di tengah park. Nama shrinenya adalah Hikawa shrine di Omiya. Shrine ini istimewa karena masih sepi, nggak banyak turis kayak shrine mainstream Asakusa dan Meiji. Orang-orang datang ke shrine buat berdoa, sembahyang. Wira yang Buddha, sembahyang dulu di shrine ini. Dia ambil wudhu, semacam cuci tangan dan kumur sebelum masuk shrine, mirip ama orang Islam wudhu sebelum sholat. Trus dia berdoa di depan shrinenya.

Kita sempet beberapa kali foto shrine-nya. Bagus, luas, rindang, sejuk, dan juga emang karena masih sepi.

Bangunan utama di tengah

Shrine tampak dari pintu masuk

Jembatan di tengah shrine

Gentong bekas sake
Setelah dari shrine ini, kita balik ke Omiya station jalan kaki, trus kita mau ke Ueno, sebuah distrik dekat Akihabara, buat makan sate. Wira punya warung rekomendasi yang enak banget satenya. Kita pun ke sana.

Dan ternyata satenya beneran enak! Kita makan porsi jumbo. Padahal cuma 2 orang.

Atas dari kiri: nasi goreng, jus jeruk, chicken karaage.
Bawah dari kiri: nasi goreng, sate kulit, sate ayam 

Octopus goreng. Sumpah ini enak!

Mixed sate isi 10. Sumpah ini enak semuanya, ga boong.
Kita juga nemu beberapa broken English lagi di tempat makan ini.

(( Brack ))

Hotto Tofu. Tahu panas. 
Setelah itu kita pulang, kita berpisah di Ueno station karena naik kereta yang berbeda. Bye bye!

Besok kerja! See you later!

Related Articles

0 comment:

Post a Comment