Tuesday, July 18, 2017

Kawagoe, Kota Tua Tokyo




Hari ini aku, Wira (IF2012), Michi (IF2012), Dikra (IF2011) berencana ke Kawagoe, Saitama. Daerah ini sudah bukan di Tokyo, di Saitama prefecture (prefektur utaranya Tokyo).

Kawagoe adalah kota tua Tokyo. Banyak rumah penjual souvenir khas, dan tempat Toki-no-kane (Bell Tower) berada. Yang antik dari Kawagoe adalah bangunan-bangunannya yang antik, menggambarkan Tokyo saat masih bernama Edo. Kita serasa dibawa kembali dengan mesin waktu ketika Tokyo masih belum semodern ini, penuh pencakar langit, penuh teknologi. Pengalaman yang murni tradisional, yang tak akan bisa ditemukan di Tokyo. Banyak kuil dan shrine kuno yang bisa kita lihat, ada banyak restoran Jepang autentik, dan banyak tempat bisa dikunjungi sehingga kita serasa hidup di Edo, bukan di Tokyo.


Untuk bacaan lebih lanjut, kunjungi website berikut
http://www.koedo.or.jp/foreign/english/
https://en.wikipedia.org/wiki/Kawagoe,_Saitama

Sebelum kita pergi ke Kawagoe, aku dan Wira ke Shibuya dulu buat nemenin aku cukur rambut. Aku nggak bicara bahasa Jepang, sementara Wira iya, mengingat sedikit sekali orang Jepang yang bisa bahasa Inggris, atau bahkan hanya mengerti listening. Sebuah resiko yang sangat besar kalo aku pergi ke tempat cukur tanpa proficiency bahasa Jepang sama sekali (kalo dibotakin pencukurnya gimana?). Jadi aku minta ditemenin Wira.

Yang ngecukur mbak-mbak. Kalo nyukur lembuut banget.
Satu hal yang bisa dilihat dari sini, tempat cukurnya bersiiih banget nggak kayak di Bandung. Tiap orang selesai dicukur, dia selalu nyapu dulu sisa-sisa rambut, jadi most of the time lantainya bersih. Dia juga buang sisir yang udah dipake satu orang, ganti sisir baru kalo mau mulai nyukur orang lain.

Setelah aku selesai potong, yang untungnya tidak berakhir botak, Wira baru balik dari convinience store buat sarapan, aku dan Wira akhirnya ketemu Dikra di Hachiko statue, depan stasiun Shibuya. Setelah itu kita langsung cao ke Kawagoe pake Fukutoshin Line.

Sampe di stasiun Kawagoe, kita nunggu Michi dateng, setelah itu kita makan siang di Bamiyan, semacam chain store food, di stasiun Kawagoe.

Bahkan menu restoran pun wibu
Big rice portion. Ayamnya enak.
Abis itu kita jalan kaki dari Kawagoe station ke tempat wisatanya. Kira-kira butuh waktu setengah jam.

Selama perjalanan ke Koedo (Little Edo), kita ketemu banyak sekali shrine-shrine kuno kecil, tempat sembahyang orang Buddha.

Wira wudhu dulu sebelum sembahyang di shrine

Pintu masuk shrine. Ada tatacara spesialnya buat masuk.
Dijelasin di papan samping kiri. Harus muter pintu jerami itu
seperti angka 8 (nggak inget gimana pastinya).

Keluar dari shrine

Gapura masuk shrine

Ada lampion di sekitar

Lelah jalan kaki. Nemu kursi. Duduk dulu.
Ini kita duduk di area miniatur Daigaku/universitas kuno.
Sayangnya bangungan Daigaku-nya ngga kefoto.
Tapi mostly mirip bangunan rumah kayu Jepang kuno.
Setelah bertemu banyak sekali kuil dan shrine, kita kelelahan, karena panas summer juga, akhirnya kita beli es krim di suatu tempat.

Vending machine rokok 
Es krim melonnya super enak! Trust me.



Tersedia berbagai pilihan rasa

Tipikal bangunan Kawagoe, rendah. Pura-puranya mirip Edo.
Berkebalikan sama Tokyo yang isinya pencakar langit semua.

Di sebuah gang menuju Koedo
Temple khusus pendeta

Kuburan Jepang. Banyak patokan semacam tiang ke atas.
Oiya, dari sini aku baru ngerti bahwa kalo beli HP Jepang, ketika ngefoto, pasti muncul suara walaupun HP-nya lagi dicolok headphone. Ini sangat nggak bagus buat yang suka ngefoto orang diam-diam. Kemudian HP SIM-free di Jepang bisa jadi lebih mahal daripada di Indo punya. Kadangkala HP udah ditanam SIM jadi kita nggak bisa ganti SIM sembarangan, ini jatuhnya lebih murah. Intinya, Android masterrace! 

Dan akhirnya, kita sampai di Koedo! Secara garis besar, Koedo mirip sama Cihampelas. Daerah pusat yang jadi tempat wisata utama berada di satu jalan lurus utama. Dan cukup rame, banyak pejalan kaki, di sekitar kanan-kiri banyak toko souvenir. Dan jalan utama dipenuhi mobil/bus.

Mirip Cihampelas. Banyak penjual. Banyak pejalan kaki.
Jalan penuh kendaraan.

Selfie! Somewhere in Koedo!

Toki-no-kane! Bell of Tower


Toki-no-kane as background!

Manju. Jajanan semcam telo pohong. Manis. Lembut.
Mirip bakpia.

Peta. Benda penting di Kawagoe.

Himawari! Bisa-bisanya nemu bunga seindah ini
di depan rumah orang.

Japanese house



Random place di pinggir jalan
Kemudian kita ke Hikawa shrine, Kawagoe.




Gemerincing gapura Hikawa shrine

Mbak-mbak. Sedang registrasi?

Mbak-mbak. Beryukata.

Antre sembahyang di kuil utama
Sebuah kuil kecil di Hikawa shrine

Ikan keberuntungan

Tempat nulis harapan. Buat foto sebenernya bagus di sini.
Dikra


Ini bagus banget kalo Spring.
Bayangkan pohon itu penuh sakura, berguguran sampe ke sungai.

Selfie at 



Bus antik!

Map
Tempat di Kawagoe bagus juga, walaupun ada Koedo (Little Edo), tapi di luar wilayah wisata, totally semua modern seperti biasa.

Sempet ngambil foto kereta lewat.
Menurutku pemandangan ini indah banget.

Japan is REALLY a clean country.

Habis itu Aku, Wira, Dikra, Michi karaokean! Lagunya kebanyakan Jepang. Sayangnya nggak ada lagu Indo di sini. Lagu barat pun cuma beberapa yang popular aja. Gila sumpah! Pecah!
Watch me singing AKB48 - Kimi wa Melody


Watch me rapping Spanish (actually Spanglish)

Kemudian kita makan yakitori (sate) di sebuah restoran tradisional Jepang. Penjualnya kakek sama nenek suami istri. Kakeknya masak. Neneknya jadi waitress. Resto ini kerasa banget autentik Jepangnya, mulai dari meja lesehan, tempat duduk yang dikasih futon, menu full-kanji, Japanese speaker, no English/latin alphabet, sumpit only. Kawagoe really gives full traditional Japanese experience.

Menu. Full Kanji. Bahkan Wira & Dikra kadang ga paham.
Harus tanya nenek dulu.

Kampai!
Biasanya sebelum makanan datang, minuman selalu datang dulu. Tapi jangan diminum sendiri dulu. Ada tradisi Jepang sebelum minum, kita lakukan tos gelas, dan bilang kampai!

Kudapan awal, sebelum makanan datang.
Dari kiri: rumput laut, jelly, acar.

Sate mantap! Kecapnya pas. Saosnya enak parah.

Wefie!

Ini paling favorit bagi kita. Tsukune. Atau bakso.
Bakaran dan taburan kecapnya luar biasa.

Karaagenya juga mantap. Renyah dan lembut.
Sate kulitnya juga enak.
Setelah makan selesai, sekitar jam 9 malem kita ke Kawagoe station. Sampai di Wakoshi kita berpencar ke kereta masing-masing. Good bye!

This blog post is supposed to be posted at July 15, 2017.

Related Articles

0 comment:

Post a Comment