Sunday, July 02, 2017

Spo-Cha Odaiba with AIESECers


Bubble soccer

Hari itu hari Sabtu, yeay, weekend!

Aku planning buat keluar bareng anak-anak AIESEC ke Odaiba. Tempat yang ada patung Liberty-nya itu, tapi di Tokyo.

Pagi, aku bangun kesiangan, biasa, weekend. Aku makan dulu di tempat makan deket Stasiun. Kali ini makan Soba mie. Semua menunya pake bahasa Jepang dah, dan aku ga ngerti Jepang sama sekali. Tapi aku masuk tempatnya aja, dan merhatiin gimana cara orang pesen, dan gimana flownya. Kita harus pilih menunya di vending machine dan bayar langsung di situ.

Dan beginilah bentuknya. Mayan sih. Dua mangkok. No regret.

Soba mie


Abis itu, aku beli Tokyo Metro Pass biar bisa pergi ke mana-mana dengan cuma 600 yen sehari. Trus aku pergi ke Shinjuku. Keluar dari Shinjuku sempet beberapa kali ngefoto keadaan kota.

Keluar stasiun Shinjuku

Somewhere di jembatan layang buat pedestrian.
Ternyata masih ada juga pembangunan di Tokyo, ya.
Abis itu aku ke Sakura House buat extend stay-ku di Tokyo selama 3 hari. Aku dapet dorm di Yoyogi-koen buat extend 3 hari itu, deket Yoyogi-Uehara tempat tinggal sekarang. Dengan harga yang cukup miring.

Abis itu aku ketemu Hiro di Shinjuku, dan kita pergi ke Odaiba bareng! Kita bakal naik Tokyo Metro sampe Shimbashi station, abis itu oper monorail ke Odaiba.

Kebanyakan transportasi kereta di Tokyo didominasi sama JR Line (kereta biasa di atas tanah) dan Tokyo Metro (subway bawah tanah). Harga JR Line biasanya agak lebih mahal daripada Tokyo Metro. Tapi kalo mau pake Tokyo Metro, biasanya stasiunnya harus turun dulu ke bawah tanah dan biasanya agak jauh dari permukaan tanah, ratusan meter. Kebanyakan stasiun besar di Tokyo, misal Shinagawa dan Shibuya, beroperasi di beberapa lapisan level tanah yang berbeda, yang masing-masing tingkatan tanah punya kereta sendiri yang lewat. Ini bisa dibuktikan dengan cara, ketika kita transfer dari subway satu ke subway lain, kita harus naik tangga atau turun tangga buat ke railway dari Line yang bersangkutan.

Selain ada JR Line dan Tokyo Metro, ada juga fleet kereta api yang dimiliki swasta, contohya Rinkai Line (ke Odaiba), Keikyu Line (ke Haneda airport), dan line ke Narita. Line swasta ini ga bisa dilewati dengan 600 yen all-day pass-nya Tokyo Metro karena bukan termasuk jaringannya Tokyo Metro. See the different system?

Monorail termasuk jarang di Tokyo karena susah buat ngebangun infrastruktur di atas tanah dengan jembatan yang banyak sepanjang lintasan seperti itu. Untuk ke Odaiba, salah satunya kita bisa pake monorail yang dinamai Yurikamome Line. Ongkosnya cukup mahal dibanding JR Line atau Tokyo Metro. Jelas, karena view yang bisa dilihat pun lebih bagus daripada view JR Line, atau bahkan subway Tokyo Metro (ga bisa lihat apa-apa karena bawah tanah).

Kebetulan aku sama Hiro pilih gerbong paling depan jadi kita bisa lihat apa yang terjadi dengan monorail ini.

View dari depan monorail 
Papasan sama monorail lain



Pantai timur Tokyo

Belokan di monorail
Setelah itu, kita sampai di Odaiba. Tapi ternyata kita ga jalan-jalan ke Liberty statue-nya. Tapi ke Spo-cha! Spo-cha itu semacam timezone tapi untuk sport, di mana kita bisa main secara indoor, futsal, basket, badminton, voli, arcade game, pingpong, taiko, tinju, karaoke, dan macem-macem lainnya. Kita kesana bareng 15-an member AIESEC lain. Rata-rata mereka freshman University of Tokyo.

Tapi sayangnya aku ga ambil banyak foto di Spo-cha. Baca baca tentang Spo-cha lebih banyak di sini.

 Salah satu tempat main Spo-cha, futsal.



With AIESECers

Aku main banyak hal. Tapi yang paling asik adalah dart game, ga pernah main dart game ternyata gua jago juga :O Ada juga game sniper yang mana kita bisa nembak target sejauh 10-meteran pake senapan yang disediain. Ini cukup gampang karena aku biasa main CS-GO.

Yang paling kocak adalah ada arcade game yang cuma dikasih meja yang bisa diangkat. Pertama kita start, si layar nunjukin narasi tentang satu cowok sama satu cewek makan di meja restoran fancy. Si cowok bilang "Will you marry me?", tapi si cewek bilang "Nggak". Dan objektif gamenya adalah, kamu cuma disuruh banting meja yang ada di depan sekencang mungkin. Nanti keluar seberapa banyak barang yang rusak. Makin kencang ngangkat meja, makin gede skornya, makin bagus. Dah. Gitu doang gamenya... Agak absurd emang.

Sekitar jam 7 malem kita keluar Spo-cha, dan view di Odaiba cukup bagus menjelang senja temaram.

Bangunan tempat perusahaan TV paling gede di Jepang.
Perhatikan bangunan mangkok di tengah gedung, katanya sih itu famous.

Bianglala di Odaiba
Habis itu kita pergi ke Shibuya buat makan malem. Kita makan Nabe meal, semacam three-course meal yang ada salad pembuka, fries banyak, sama dikasih panci gede dan banyak daging dan sayur jadi kita masak sendiri pake kompor di meja. Ah aku kurang jago deskripsi makanan, tapi you know lah apa maksudnya.

Sebelum berpisah, kita sempet foto di depan Hachiko memorial statue di depan stasiun Shibuya. Abis itu kita berpisah, naik Line masing-masing.

Hachiko, anjing yang selalu menunggu majikannya yang
pulang kerja tiap hari di depan stasiun.
 Sayangnya si majikan sudah meninggal. dan Hachiko
menunggu di depan stasiun selamanya.
Sampai jumpa! Tunggu post berikutnya.

Related Articles

0 comment:

Post a Comment