Friday, July 13, 2012

Menulislah, Dunia Sudah Banyak Berubah


Jaman dulu, pas mbah-mbah kita masih seumuran kita, semua urusan langsung face-to-face.  Berhadapan. Bertemu satu sama lain. Dulu nggak ada teknologi canggih seperti masa kini. Belum ada internet, HP, SMS, MMS, Web Log, Facebook, dan sebagainya. Tidak ada seperti kalian, kalau pengen tahu keadaan teman yang up to-date tinggal lihat wall FB-nya. Tanya PR esok hari tinggal rogoh HP, sms temen sebangku. Nggak. Semua urusan jadi begitu susah, dari yang paling remeh sampai yang paling berat.


Coba bandingkan dengan dunia sekarang. Berbeda jauh sekali seperti zaman dahulu. Di mana-mana remaja memamerkan HPnya, berlomba-lomba yang terbaik di antara yang lain, gak punya facebook/twitter? Katrok laah.  


Sekarang, dunia udah semakin sempit. Jarak antara Jakarta-Berlin? Cuman sepencetan tombol. Bisa chatting atau telpon. Seakan ruang dan waktu udah nggak ada artinya lagi. Jauh bukan masalah. Sudah lama ditemukan teknologi Shinkasen. Pesawat apalagi.


Nggak cuman itu, seiring dengan perkembangan waktu, masalah manusia juga semakin berkembang. Dulu nggak ada istilah pornografi, pornoaksi, human trafficking, dan sebagainya. Para penjahat internet berkeliaran. Kalau dahulu, anak gadis dipingit dalam rumah, pasti saja aman. Dan selamanya aman. Sekarang? Taruhlah dalam rumah, belum tentu seaman zaman dahulu. Bisa saja fisiknya terdiam di ruangan, tapi 'nyawanya' beterbangan liar di satelit berwujud kode-kode biner.


Sekarang pun, sampai ada pengacara internet. Entah bagaimana caranya mereka melakukan kerjanya. Mungkin saja, dan ini kemungkinan dari saya, mereka mengurusi masalah/problem dengan pihak lain di internet. Wallahu a'lam.


Kemajuan teknologi ini juga berpengaruh besar di kehidupan manusia. Lama-lama manusia menjadi semakin malas. Gimana enggak? Kalau jaman dulu, anak daftar sekolah harus langsung daftar di lokasi sekolah. Nggak peduli jauh, dekat. Sekarang, sambil tiduran di dalem kamar pun bisa. Daftar Online. Tinggal masukkan nama, pin, asal sekolah, dan berbagai pernak-perniknya. Selang beberapa hari, tunggu pengumuman, diterima, beres. Selesai kan?


Manusia dulu kalo pengen bepergian juga jadi tambah males. Lihat saja, dulu kalau orang Jawa pengen pergi ke Sumatra. Riau misalnya, harus cari tumpangan ke pelabuhan di Merak sana, naik kapal berjam-jam, membosankan. Kemudian lewat jalur darat sampai ke Riau. Nggak praktis, dan nggak efisien. Sekarang? Tinggal beli tiket di situs maskapai pesawat. Cetak kode bookingnya. Pesen taksi ke bandara terdekat. Masuk pesawat. Duduk manis. Baca-baca buku. Tiduran bentar. Nyampe lah sudah. Benar-benar nikmat. Nikmat yang melenakan.


Menulis pun juga begitu. Kalau jaman dahulu menulis cuma digunakan di kalangan wartawan surat kabar, mengirim surat ke sanak-saudara, teman, pacar, dan sebagainya. Sekarang tidak. Menulis hampir jadi aktivitas lumrah. Seiring berkembangnya blog, facebook, penerbit di mana-mana, percetakan juga banyak sekali. Aktivitas menulis jadi semakin biasa. Menulis apapun. Menulis pengalaman pribadi. Menulis untuk memengaruhi orang. Menulis untuk berbagi ilmu. Dan banyaak sekali menulis-menulis lainnya.


Kita sekarang dihadapkan dengan dunia digital. Apa-apa berhubungan sama gadget. HP, internet, dan kawannya. Internet malah hampir menjadi fotokopi kehidupan manusia saat ini. Apalagi dengan hadirnya social network. Bahkan berteman pun bisa dilakukan tanpa bertemu. Ajaib bukan? Cobalah pikirkan dengan sudut pandang manusia tahun '70-an. Cukup dengan ngisi biodata, foto, tempat tinggal, asal sekolah, orang nggak perlu lagi ketemu sama kamu buat kenalan. Dari info di social-network itu udah lebih dari cukup.


Social-network pun juga mendorong kita buat menulis. Dengan social network, berbagi pikiran, tukar ide, jadi tambah mudah. Nggak perlu diskusi, apalagi rapat menyatukan ide. Cukup tulis di facebook, misalnya, tag ke teman-teman dekat kalian. Sudah. Mereka akan mengerti ide-ide dari otakmu. Dunia sekarang semakin simpel.


Intinya menulis. Menulislah apa saja. Nggak harus menulis secara konvensional, menggores pulpen di atas kertas. Bisa dengan mengetik, atau apapun. Yang penting nulis.



Ngutip kata-katanya bang Tere aah..


"Bagi kalian, remaja umur belasan, yang punya blog, tulisan nganggur, dan kalian rajin update. Silakan pilih 30-40 tulisan terbaik kalian. Kirimkan ke penerbit. Yang besar sekalian. Mereka tidak akan memandang umur kalian. Kontenlah yang akan memberikan keputusan selanjutnya."

Related Articles

0 comment:

Post a Comment