Sunday, June 18, 2017

Trip to Japan!




Halo semuanya! Setelah sekian lama nggak ngeblog, aku rasa ini saat yang tepat buat ngeblog lagi.

Sebelumnya, perkenalkan aku anak Teknik Informatika tingkat 4 di Institut Teknologi Bandung angkatan 2013.

Kali ini aku mendapat kesempatan tinggal selama 6 minggu di Jepang untuk internship program dari AIESEC di sebuah perusahaan bernama Multibook sebagai software developer. Aku bakal tinggal di Tokyo Metropolitan, ibukota Jepang, di daerah Shibuya. Ini bakal jadi pertama kalinya aku tinggal cukup lama di negara orang. Sebelumnya aku pernah ke Singapur dan Filipina, tapi hanya untuk beberapa hari. So, it will be a fun journey!


Niatan ngeblog muncul lagi setelah aku kira kesempatan ini sangat sayang buat dilewatkan begitu saja tanpa didokumentasikan, yang mana belum tentu datang dua kali. Maka dari itu, aku coba meluangkan barang sejam-dua jam tiap malam di sela-sela pekerjaan intern project untuk menulis apa kejadian menarik hari ini. Dan kemungkinan akan lebih banyak diisi trivia-trivia kecil yang nggak terlalu berat karena males juga nulisnya. Semoga tetep bisa konsisten sampe hari terakhir ehehe.

Ditinggal travel

Aku berangkat dari Bandung jam 7 malam, yang mana jadwal travel yang udah saya booking adalah jam 7.30. Sambil nunggu go-car yang tak kunjung datang, aku panik. Sampai di pool travel udah 10 menit telat dari jadwal. Daaan, ternyata ditinggal travel :) Flight besok bakal berangkat dari Soekarno-Hatta jam 6.30 pagi. Yang bikin panik lagi adalah, nggak ada lagi travel ke Soekarno-Hatta pada jam-jam berikutnya. Padahal tiap jam travel selalu ada. Dicoba telpon travel lain, ternyata semua sudah fully-booked untuk tujuan ke bandara Soetta. Ya sudah, daripada nggak dapet sama sekali, aku antri ke waiting list travel berikutnya ke Soetta jam 8.30. Tapi persentase dapet travel masih 50:50 karena nyawa ini bergantung pada orang yang nge-cancel atau ketinggal travelnya.

Dan apesnya lagi, di pool travel, roda koperku hilang satu. Kucurigai lepas karena beban koper yang terlalu berat (25 kg). So, perjalanan dari travel dan seterusnya, aku harus angkat koper sial ini.

Roda koper ilang

Found a way to go to airport

Jam 8.10, keajaiban muncul. Kebetulan ada mbak-mbak yang mau ke Soetta juga dan flightnya jam 2 pagi. Petugas saranin kita ambil travel ke arah Blora, trus turun di Jakarta Selatan dan ambil taksi sampe ke Soetta. Si mbak-mbak bilang kita bisa bagi ongkos taksinya berdua jadi lebih murah. Yeay! Akhirnya kita pun berangkat dengan plan tersebut. Sampe di Jakarta Selatan, kita turun dan dapet taksi Bluebird sampe ke bandara. Alhamdulillah, padahal sebelumnya ditinggal travel, akhirnya hoki juga.

Sampe di Soetta jam 2 pagi, aku langsung cari musholla bandara buat soal Isya. Musholla cukup rame, tapi sepi, banyak orang tidur bukan buat solat, Habis solat, aku langsung tidur sambil ngecas hp + powerbank di colokan kipas angin musholla. Tentu kipas anginnya kucopot dulu dari stopkontak, jadi mati. Ruangan agak panas. Tapi gak apalah, bodo amat.

Penerbangan yang kuambil bakal connecting flight maskapai AirAsia dari Jakarta - Kuala Lumpur 2 jam. Transit di Kuala Lumpur 5 jam. Kuala Lumpur ke Tokyo 7 jam. Cukup lama, dan sepertinya membosankan.

Berat bagasi kelebihan

Jam 4.30 pagi, aku bangun. Setelah solat subuh, langsung kulanjut ke counter buat check-in. Daaan, bagasi yang kubeli ternyata kurang. Jumlah yang kubeli cuma 20 kg sementara tasnya 25,2 kg. Harga kelebihan bagasi 150 ribu. Tapi karena penerbanganku connecting flight 2 kali, maka 1 kg kena 2 kali lipat, jadi 300 ribu/kg. Kelebihan 5 kg maka bayarnya 1,5 juta. Gila aja lah. Bahkan lebih dari separuh harga penerbangan aslinya.

Akhirnya problem ini kusolve dengan cara ngambil abon & milo dari koper dan kubawa jadi bawaan tangan. Dan voila! Berat koper tiba tiba jadi 22,7 kg. Karena mbak-mbak counternya baik, aku cuma perlu bayar buat kelebihan 1 kg bagasi. Entah kenapa.

Flight to Kuala Lumpur

Durasi perjalanan dua jam. Berangkat jam setengah tujuh pagi. Nggak banyak yang bisa dilakukan. Tiba-tiba aja mendarat di Kuala Lumpur.

Airbus-320 mendarat 
Selfie di balai ketibaan



Windows detected!

Di ruang transfer desk

Bahkan belum muncul bakal berangkat dari gate berapa,
karena flight masih 5 jam lagi. Jadwal flightku 14.25.

Servis buggy percuma, trus buat apa?
Flight to Tokyo

Selama penerbangan di Tokyo, sebelahku bapak-bapak dari Malaysia, usia sekitar 40-an, bos besar di holding company. Kerjaan Bapak ini adalah nyari bisnis yang tepat bagi perusahaan untuk diinvest. Dia pergi ke Tokyo selama 4 hari buat ketemu temennya yang butuh bantuin karena sebuah urusan.

Aku dan Bapak ini ngobrol banyak sekali dan bener-bener random, dari gimana culture pas Idul Fitri di Malaysia dan tiba-tiba nyambung ke peluang ternak unta di Malaysia Utara. Dari asalnya ngomong tentang Machine Learning dan kegelisahan si Bapak karena automated job bakal memangkas lapangan kerja, sampe curhatan bapak-bapak yang ngedukung e-commerce karena nemenin istrinya belanja.

Yang menarik adalah, kalo aku ngomong Bahasa Indonesia, si bapak ngomong Bahasa Melayu, kita ga saling paham. Somehow, beberapa istilah emang punya artian beda dan terdengar aneh (ex. makan angin) dan kayaknya vice versa, dia ga paham kalo aku ngomong bahasa Indo ke dia. Sementara kalo bicara Inggris, malah nyambung dan tahan lama.

Di sebelah tempat dudukku satunya lagi, mbak-mbak dari Tokyo. Rambut coklat. Tinggi. Muka bulat. Kawaii pokoknya. Dia terbang dari KL soalnya transit. Dia kerja di bar di Singapore. Baru beberapa bulan di SG. Bahasa Inggris mbak-mbak ini nggak terlalu bagus. Sering kali si mbak nggak terlalu paham apa yang kuomongin. Ngomong Inggris pun, sedikit-sedikit. Dia sering kali bilang "oh, really?" hampir ke tiap aku ngomong apa. Lucuk ><

Sampe di Haneda


View from my window
Aku dijemput anak-anak AIESEC. Ada sekitar 4 orang. Mereka semua nunggu di luar pintu kedatangan ketika aku sampai. Impresi pertama kali ketemu mereka: wow anak anak gaul! Pertama kali dateng aku dikasih kitkat rasa greentea dan enak banget. Bahasa Inggris mereka bagus banget to the level mudah dipahami nggak seperti kebanyakan orang Jepang lain. Mereka seneng banget selfie! Selfie everywhere. Kadang rada sinting. Salah satu dari mereka foto telanjang kaos di bandara. Dah gila emang. Semua yang jemput aku, anak University of Tokyo, univ terbaik di Jepang. Aku sangat yakin mereka sangat pinter, secara best university in Japan gitu. Rata-rata mereka anak tingkat 1 atau tingkat 2.

Oiya, kita ketinggalan kereta terakhir karena aku baru sampe di Haneda jam 12 malem. Jadi kita ga bisa kemana mana. Yang bisa kita lakukan cuma nunggu kereta berikutnya besok, jam 5 pagi. Jadi mau ga mau kita harus tidur di bandara sampe besok. Di bandara kita bingung ngapain, masa mau tidur doang. Kebetulan aku haus parah. 14 jam flight tanpa minum karena sejak masuk gate di Jakarta, 2 botol minumku disita petugas. Akhirnya kita cari minum di vending machine dan nemu air botol 110 yen.






With Atsushi, my TN Manager at Haneda





Abis itu kita naik ke lantai paling atas buat liat-liat pemandangan. Dan ternyata, kita bisa liat pesawat parkir dari atas sini. Udara cukup dingin. Temperatur 22 derajat. Angin kencang. Dinginnya kira-kira mirip Bandung kalo dingin pas malem.

View from Haneda

Setelah itu kita nyari bangku kosong yang tidur. Dan masing-masing akhirnya terlelap, nunggu kereta pagi besoknya.

Related Articles

1 comment:

  1. Teruskan blog ini. Senang baca blog mu. Gaya cerita runtut disertai foto foto.

    Asyiik bacanya

    Ku tunggu berikutnya

    ReplyDelete