Saturday, December 31, 2011

Ada Apa dengan Kunti?


Ini adalah cerpen yang gue buat baru-baru ini. Awalnya gue kira kalo gue kembangin cerpen ini jadi novel bakalan jadi novel fenomenal. Eeh, ternyata cerita ini udah pernah difilmin. Dengan sangat menyesal gue cuma bisa nge-posting cerita ini di blog kesayangan gue. Gini nih ceritanya.


Cerpen ini bertemakan kisah cinta pada masa-masa SMA. Menceritakan tentang kisah Kunti semasa dia masih duduk di bangku SMA. Kunti adalah seorang cewek yang langganan juara lomba puisi yang diadakan rutin oleh sekolahnya. Dia adalah gadis cantik yang menjadi pujaan para pria.

Suatu saat akan diadakan kembali lomba puisi di sekolah Kunti. Semua teman-teman Kunti sudah menyangka pasti juaranya Kunti lagi. Namun mereka keliru. Karena juaranya adalah Pocong.

Kunti bersama sahabat-sahabatnya, Sundel, Wewe, Grandong, dan Jenglot yang menjadi tim mading di sekolahnya bermaksud untuk mewawancarai Pocong.. Tapi wawancara tersebut tidak membuahkan hasil sempurna karena Pocong adalah anak pendiam, dingin, dan tak banyak bicara.

Pada suatu hari saat Kunti berbicara dengan Pocong, dia melihat Pocong membawa buku berjudul “AKU” karya Syumandjaja. Tak disangka-sangka kemudian Kunti memberikan surat kepada Pocong yang menyebabkan Pocong emosi. Saat meninggalkan Kunti, buku Pocong terjatuh yang kemudian diambil oleh Kunti. Kunti pun membacanya. Ia pun mengembalikan buku tersebut setelah tahu bahwa Pocong mencarinya sekian lama. Semenjak saat itu, Pocong dan Kunti mulai akrab dan sering menghabiskan waktu bersama.


Suatu saat, Pocong mengajak Kunti jalan ke Kwitang tempat di mana dia biasa membeli buku terbitan lama. Kunti pun mengiyakan ajakan tersebut. Di perjalanan Kunti baru teringat janjinya dengan teman-temannya untuk menonton konser. Akhirnya Kunti memutuskan menepati janji dengan temantemannya. Ia pun meninggalkan Pocong sendirian. Pocong bingung dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Di suatu malam Pocong dan Kunti sedang kencan di sebuah kafe. Sahabat Kunti, Sundel, menelepon Kunti supaya datang ke rumahnya. Namun agar tidak mengganggu kencannya, Kunti berbohong kepada Sundel bahwa ia sedang tidak enak badan. Sundel pun percaya dan membiarkan Kunti. Mereka pun melanjutkan kencan. Di sana Kunti menyanyikan lagu dari puisi buatan Pocong.

Ketika Kunti pulang dari kencannya, Mama Kunti buru-buru akan keluar meninggalkan rumah. Ternyata dia akan menjenguk Sundel di rumah sakit yang ternyata melakukan percobaan bunuh diri. Kunti akhirnya tahu sahabatnya sedang dalam masalah. Sebagai sahabat ia pun merasa bersalah dan memutuskan untuk menjauhi Pocong sejak saat itu.

Ketika Pocong menyapa Kunti, Kunti pun menjawab dengan ketus bahwa ia akan mulai menjauhi Pocong. Dia tak paham kenapa. Pocong yang tidak mengetahui perkaranya memutuskan untuk juga menjauhi Kunti.

Kunti menjenguk Sundel yang sedang dirawat di rumah sakit. Di sana ia bercerita bahwa ia telah berbohong dengan alasan tidak enak badan. Akhirnya Sundel pun tahu bahwa Kunti telah berkencan dengan Pocong. Sundel yang diam-diam juga menyimpan rasa pada Pocong merasa tidak enak dengan sahabatnya, Kunti. Kunti pun merasa bersalah telah mengkhianati sahabatnya tersebut. Ia pun minta maaf kepada Sundel dan seluruh teman-temannya.

Di akhir tahun, Pocong akan pindah ke Amerika Serikat. Pocong pun menelepon Kunti ingin memberitahukan kabar tersebut. Ternyata Kunti tidak menjawab telepon tersebut. Ia masih bersikap ketus terhadap Pocong. Pocong yang masih belum mengerti maksud Kunti hanya bisa diam.

Pada hari H keberangkatannya ke luar negeri, Pocong berinisiatif untuk mengunjungi sekolahnya. Di sana ia berpamitan dengan Pak Genderuwo, sang penjaga sekolah. Wewe yang saat itu sedang latihan basket bersama teman-temannya melihat Pocong dan mendapat kabar bahwa ia akan pindah ke luar negeri. Wewe langsung memberitahukan berita tersebut kepada Kunti.

Kunti pun menyadari bahwa Pocong adalah cinta sejatinya. Maka ia bergegas mencoba menemui Pocong di bandara. Setelah dengan susah payah mencari Pocong akhirnya Kunti bisa bertemu dengannya. Kunti meminta Pocong untuk membatalkan niatnya pindah ke Amerika. Namun ia tidak bisa membatalkan kepindahan tersebut. Sebagai kenang-kenangan, Pocong memberikan sebuah buku yang di halaman akhirnya terdapat puisi berjudul “Ada Apa dengan Kunti?” Kunti pun menangis. Pocong berjanji akan kembali di saat bulan purnama.

Related Articles

0 comment:

Post a Comment