Thursday, January 26, 2012

Menyongsong, Berlari, Pudar


Ini merupakan buah tulisan gue malem-malem gara-gara nggak bisa tidur. Buat info aja sob, sebenernya waktu gue nulis ini cuma ada waktu setengah jam, setelah itu laptop akan mati dan is dead kehabisan baterai. Okelah, sekarang jam setengah satu, dan gue bisa melihat anak-anak tidur dengan pulasnya di sekitar gue. Posisi ketika ditulisnya ini gue lagi di kantor OP abis nggarap proposal iFest yang nggak ada abis-abisnya digarap berhari-hari.

Ini dia..

Sebenernya gue mau nulis seputar apa aja yang telah gue renungi hari ini. Hari ini hari Jumat dan seluruh penghuni pondok lagi keluar dari sarangnya menuju keramaian kota buat sekedar refreshing atau looking around. Maklumlah, anak pesantren. Hari ini nggak ada sekolah, semua full libur dan kebetulan my father datang dari Jakarta abis tugas SNMPTN nyempetin diri mampir ke Solo buat ketemu anaknya.

Mulai yang pertama.

Umur gue sekarang 15 tahun. Kalo harus mengaca dari tokoh-tokoh dunia yang sekarang sudah mengukir namanya di buku-buku dunia, umur seperti ini adalah umur mereka memulai hal yang bisa membuatnya begitu sukses sehingga dikenang sama orang sampe hari ini. 

Lihat saja, umur 15 Nabi Muhammad SAW udah mulai dagang ke Syam. Steve Jobs udah mulai merusak jaringan televisi di sekolah SMA-nya bareng temennya yang namanya Woz. Para tokoh-tokoh hadis semisal Bukhari dan Muslim sudah mulai mengembara ke negeri lain untuk menimba ilmu. Si Einstein sudah mulai belajar otodidak fisika dan matematikanya sendiri. Ini perlu renungan sob. Soalnya kenapa? Marilah kita lepaskan diri sejenak dan mulai meingat-ingat kembali apa sih yang sudah kita torehkan?

Apakah kita sudah mulai "karir" kita seperti mereka?
Apa yang sudah kita perbuat di umur kita yang sudah menginjak satu setengah dasawarsa ini?
Apa hidup kita hanya seperti ini saja? Mangan, turu, dolan, nelek, mangan, turu, dolan, nelek?

Gue jadi absurd. Jadi apa gue besar nanti..

Entahlah..

Yang kedua.

Ini masalah Quran. Dulu gue kira yang namanya ngehafal Quran itu gampang, tinggal baca, apal, selesei. Ternyata setelah bertahun-tahun gue dalami sesuatu ini. Ternyata menjaga hafalan ini susah biaaangett pol polan. Ada rasa bersalah yang amat mendalam dalam diri gue kenapa dulu gue hafalin Quran sebanyak ini. Jujur saja meskipun gue udah berusaha semaksimal mungkin buat mbagi waktu tapi entah kenapa masih begitu sulit memanjakan Al-Quran. Ya Allah..

Yang ketiga.

Gue tadi mampir ke stasiun. Ternyata sistem yang dipake sama stasiun baru-baru ini ternyata amatlah goblok dan tidak efektif. Peraturan baru stasiun sekarang adalah manusia yang nggak punya tiket dilarang masuk peron, dan hanya dibiarkan menunggu di luar peron saja. Alias, tidak ada penjualan tiket peron lagi. Bodohtnya, sistem ini merugikan buat penjual-penjual yang lagi jualan di dalem peron, soalnya kan pengunjung mereka otomatis berkurang. Gak ada lagi istri yang nganterin suaminya ampe kereta. Ga ada lagi gerombolan temenn yang akan melepas temennya di pinggir gerbong. Ini adalah kesalahan yang nyata.

Bodohnya lagi, di sebelah loket yang biasanya buat jualan peron, ada loket buat beli karcis ke kota yang deket-deket, misalnya Mojokerto, Malang, dkk. dan satu kesalahan lagi, harga tiket ke kota-kota ini lebih murah daripada harga peron. Sebagai konsumen yang berakal sehat seharusnya semua pengantar yang nggak punya tiket beli karcis kereta api menuju kota-kota kecil ini aja. Toh, harganya lebih murah daripada peron, daripada nunggu yang mau pergi?

Naudzubillah..

Dan ini dia yang terakhir.

Gue rasa usaha gue dua tahun ini nggak berbuah apa-apa. It will be okay. Lo tau kan maksudnya apa?


Today when this was posted is Thursday and tomorrow will be a holiday. I'm with Ucak and Jo now face ourself to the monitor for important business. Thanks for everything, my friends..

Related Articles

1 comment:

  1. good job buat yang bikin ni posting.

    15 tahun yang nggak sia2, selama senantiasa diselingi dengan renungan -yang daleeem banget- semacam ini.

    ReplyDelete